Prinsip-prinsip Dasar Thariqat Sufi (Adab Penempuh Jalan sufi)
PRINSIP UTAMA:
1. Taqwa kepada Allah Swt, secara batin dan lahir.
2. Mengikuti jejak Sunnah Nabi Saw, baik dalam ucapan maupun tindakan.
3. Berpaling dari makhluk baik diterima maupun ditolak. 4. Ridho kepada Allah Swt dalam memandang anugerah sedikit atau banyak.
5. Kembali kepada Allah Swt dalam suka ataupun duka.
6. Manifestasi Taqwa, melalaui sikap wara’ dan istiqamah.
Perwujudan atas Ittiba’ terhadap Sunnah Nabi melalui pemeliharaan dan budi pekerti yang luhur;
Perwujudan berpaling dari makhluk melalui kesabaran dan tawakal.
Perwujudan ridha kepada Allah Swt, melalui sikap qana’ah dan pasrah total.
Dan perwujudan terhadap sikap kembali kepada Allah adalah dengan pujian dan rasa syukur dalam keadaan suka, dan mengembalikan kepada-Nya ketika mendapatkan duka.
Secara keseluruhan, prinsip yang mendasari di atas adalah:
1. Himmah yang tinggi,
2. Menjaga kehormatan Allah Swt,
3. Bakti yang baik,
4. Melaksanakan hak dan kewajiban
5. Mengagungkan nikmat Allah Swt.
Siapa yang himmahnya tinggi, naiklah derajatnya.; Siapa yang menjaga kehormatan Allah Swt, maka Allah swt pun menjaga kehormatannya.; Siapa yang baktinya bagus, ia akan mendapatkan kemuliannya.; Siapa yang melaksanakan hak dan kewajibannya, akan langgeng hidayahnya.; Siapa yang mengagungkan nikmatNya pasti ia mensyukurinya.; Dan siapa yang mensyukuri nikmatNya ia akan terus mendapatkan tambahan nikmat dari Sang Pemberi nikmat sebagaimana dijanjikan.
Prinsip Dasar Amaliyah:
1. Mencari ilmu untuk menegakkan perintahNya.
2. Bergaul dengan para Syeikh dan kawan untuk menganalisa.
3. Meninggalkan hal-hal yang dimudahkan dan penakwilan-penakwilan, demi menjaga diri.
4. Mengikat waktu dengan wirid-wirid, agar hati terus hadir di hadapanNya.
5. Mencurigai hawa nafsu dalam segala hal, agar bisa keluar dari pengaruhnya, selamat dari keteledoran dan kesalahan.
Kendala negatif dalam mencari ilmu adalah bergaul dengan orang yang banyak bicara baik dalam hal kebiasaan, hal-hal rasional maupun keagamaan yang tidak berpijak pada prinsip dan kaidah yang benar.; Kendala dalam bergaul dengan para Masyayikh dan sesama, adalah jika pergaulan itu penuh dengan tipudaya dan berlebihan.; Kendala dalam meninggalkan hal-hal yang diringankan dan penakwilan-penakwilan, adalah keberpihakannya pada selera nafsu.; Kendala mengikat waktu dengan aurad adalah memperluas pandangan dalam pengetahuan karena adanya faktor fadhilah-fadhilah wirid.; Kendala mencurigai nafsu adalah merasa senang dan bahagia atas kebaikan perilaku batinnya dan istiqomahnya. Sebagaimana firman Allah Swt, ”Dan jika ia menebus dengan segala tebusannya Niscaya itu tidak akan diterima.” (Al-An’aam: 70). Nabi Yusuf bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim (’alaihimussalaam) menegaskan dalam Al-Qur’an, ”Dan aku tidak membebaskan diriku. Sesungguhnya nafsu sangat cenderung memerintahkan keburukan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.”
Dasar terapi atas penyakit nafsu tersebut ada lima:
1. Melaparkan isi perut
2. Bergegas kembali kepada Allah ketika nafsu menghadang.
3. Lari dari kejadian yang dikhawatirkan menjerumuskan diri.
4. Melanggengkan istighfar disertai sholawat pada Rasulullah Saw, baik dalam khalwat maupun berjama’ah.
5. Bergaul dengan orang yang menunjukkan dirimu kepada Allah atau perintah Allah.
No comments:
Post a Comment